Review Novel Bara (Surat Terakhir Seorang Pengelana)
Untuk pertama kalinya saya membaca Novel dengan waktu yang terbilang cukup cepat. Dalam waktu kurang dari 1 minggu, saya bisa menyelesaikan Novel Bara yang berjumlah sekitar 370an halaman. Hal ini adalah sebuah kemajuan buat saya pribadi yang terkadang jarang membaca buku. Karena kesibukan, paling-paling hanya buku modul kuliah saja yang sering saya baca, itupun saat ingin mengerjakan tugas saja hehehe
Novel Bara, adalah salah satu novel yang baru saja selesai saya baca. Sebenarnya saya sudah membeli novel ini sejak awal bulan Desember 2017 yang lalu, saya membeli 3 novel sekaligus di Gramedia Matraman. Selain BARA, ada juga CATATAN JUANG (baru saya baca sekarang) dan SOE HOK GIE yang saya membacanya saja membutuhkan waktu 3 bulan.
Bagaiman Cerita Novel Bara?
Balik lagi ke topik awal, Novel Bara menceritakan bagaimana kehidupan tokoh utama si Bara. Dari petulangan, Pendakian Gunung, serta lika-liku kehidupan percintaan anak muda. Berbeda dengan Novel yang menceritakan Pendakian Gunung seperti 5 cm yang menurut saya pribadi penuh dengan drama. Atau The Scret Of Cartenz yang penuh ketegangan dan kedua novel ini berakhir dengan happy ending.
Bara sendiri banyak menceritakan ketegangan dan kesedihan dalam menjalani kerasnya kehidupan serta berakhir dengan sad ending. Dimulai dari Bara tergabung di dalam tim SAR saat ia mencari 4 mahasiswa yang hilang di kaki Gunung Ciremai. Bersama Pak Tatang seorang Koordinator Lapangan Basarnas dan Kang Hardi Anggota Basarnas. Serta Bara, seorang Pegiat Alam terjun langsung dalam 1 tim untuk mencari korban.
Mereka mencari dimalam hari karena mendapat info hilang sekitar sore, namun pencarian tidak membuahkan hasil karena cuaca sedang turun hujan. Saat keesokan harinya mereka mulai menyisir kembali jalur pendakian, sekitar ketinggian 1500 mdpl. Korban yang hilang ditemukan dalam keadaan selamat. Lalu ada 1 orang yang menarik perhatian Bara. Lia Namanya, sesosok perempuan yang begitu mirip dengan masalalunya yaitu Kirana. Bara langsung mengenal Lia lewat foto yang diberikan oleh Ayahnya Lia saat Bara akan berangkat mencari korban yang hilang.
Usai tragedi mencari korban hilang di Gunung Ciremai bersama tim SAR dan Basarnas, Bara masih menyimpan foto pemberian Ayahnya Lia yang lupa ia kembalikan. Dia hanya duduk termenung memandangi foto itu di kosan Bara yang ada di Bandung.
Baca juga : Punya Novel yang Tidak Ada Pembatas Bukunya?
Siapa Itu Bara?
Bara sendiri adalah seorang yang hidup sebatang kara, dahulu, saat tinggal di Indramayu bersama Nenek yang mengasuhnya sejak kecil hingga meninggal, saat Bara masih duduk di bangku SMA. Orang tuanya meninggalkan Bara sejak kecil dan tidak peduli dengan tumbuh kembang Bara. Ayahnya adalah seorang pesakitan karena terkena kasus pengedar narkoba, sedangkan Ibunya sendiri adalah pelacur yang jarang pulang apalagi memperdulikan keadaan Bara. Ketika pulang kerumah orang tua Bara selalu bertengkar dan pergi tanpa tahu kapan akan kembali pulang.
Saat SMA kelas 2 Nenek Bara meninggal, orang tua satu-satunya yang Bara sayangi kini meninggalkan dirinya sebatang kara untuk selama-lamanya. Selepas Neneknya meninggal dan rumah tempat tinggal Bara selama ini dijual untuk pengobatan Neneknya sewaktu sakit. Bara pun hidup dengan menumpang dari satu rumah temanya ke rumah teman yang lain, selajutnya dia pindah ke Bandung dan diasuh oleh keluarga Wilis, sahabatnya sewaktu kecil.
Bara hidup di Bandung dengan tinggal di kos, karena sudah tidak enak lagi untuk menumpang di rumah sahabatnya tersebut. Sampai kuliah bara menulis di Koran yang terkenal yang ada di Bandung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Konflik percintaan pertama Bara adalah dengan kirana, sehabis Bara dan teman-teman mendaki ke Gunung Gede. Bara berkunjung kerumah kirana yang mana sudah banyak orang berkumpul dengan tangis dan lantunan do’a.
Untuk pertama kali Bara ditinggal orang yang sangat dicintainya karena suatu insiden kecelakaan. Galau yang berkepanjangan membuat dirinya sering kehilangan kontrol emosi, namun saat keadaan Bara sudah kembali normal. Bara memutuskan berpetualang untuk menemukan hal-hal yang baru, serta setiap tempat yang dikunjungi akan dijadikan tulisan untuk dikirim ke penerbit. Usai lelah berpetualang dan ingin sekali menemui Ayahnya, yang masih ditahan di penjara. Ia harus menghadap Sang Pencipta dalam dekapan dingin Gunung Ciremai.
aku baru aja kelar baca buku ini
sedih banget ngelihat kisah bara. orangtua yang nggak peduli, nenek meninggal, kekasihnya juga meninggal. seolah-olah hidup nggak pernah baik sama dia 🙁
setiap kali bahagia, kayak nggak pernah bisa lama
tapi beruntung bara punya sahabat yang baik