Pendakian Merbabu Musim Panas 2018.
Pendakian Merbabu kali ini dimulai dari ide sahabat saya. Total rombongan kami adalah 12 orang dari semula 15 orang. Untuk pendakian merbabu ini kami berangkat menaiki kereta api menuju Solo Jebres lalu dijemput dengan mobil elf untuk sampai ke base camp. Begitu banyak halangan sebelum dan sesudah pendakian seperti teman yang ketinggalan kereta, sampai kami hampir tidak bisa pulang ke Jakarta.
Rencana Awal Pendakian Merbabu
Awal setelah ide ini muncul saya dan Fine (sahabat saya) mengajak beberapa teman yang pernah mendaki bersama ke gunung Prau. Saya menargetkan 10 orang jika benar-benar ingin mendaki gunung Merbabu. Namun tidak disangka ajakan ini disambut antusias oleh beberapa teman kami. Bahkan terbentuklah grup whatsapp berjumlah 15 anggota untuk saling berkoordinasi.
Setelah terbentuk grup, kami mulai dengan rencana awal. Yaitu menentukan kendaraan apa serta berapa jumlah share cost yang harus dikeluarkan. Saya dan Fine selaku admin grup atau cp mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya di internet. Dari mulai medan jalur pendakian, harga simaksi di base camp, tiket kereta api, sampai mobil jemputan dari stasiun ke base camp Selo.
Oh ya, pendakian Merbabu ini saya memilih untuk melewati jalur Selo. Kenapa? Meskipun jalur ini aga panjang katanya, tetapi tidak terlalu menyulitkan. Hal ini dipilih karena beberapa anggota di grup ada yang baru pertama kali naik gunung dengan ketinggian 3000Mdpl.
Cobaan Awal Sebelum Pendakian Merbabu Dimulai
Satu Bulan sebelum pendakian Merbabu dimulai, tersiar kabar diberbagai media kalau gunung di sebelahnya yaitu Merapi, mulai mengeluarkan debu vulkanik disertai gempa dan letusan kecil. Hal ini sempat membuat kami galau. Lalu saya berinisiatif kepada tim untuk membuat rencana B yaitu mendaki gunung Lawu. Jika sewaktu-waktu Merbabu tutup karena erupsi Merapi. Dan alhamdulillah tim sangat setuju dengan opsi yang saya berikan.
Menjelang hari H, beberapa teman kami tidak jadi ikut alias cancel. Untungnya, mereka ada pengganti dan saya bilang kepada mereka untuk mengurus tiket sendiri. Awal mula rencana kami akan berangkat sebanyak 15 orang, lambat laun berkurang satu-persatu sehingga menjadi total 12 orang saja. Meskipun berkurang tetapi kami bertekad untuk tetepa berangkat.
Baca juga : Explore Ciwidey Di Musim Hujan
Drama Pendakian Dimulai
Hari H pun tiba, kami serombongan membuat perjanjian untuk kumpul di Stasiun Pasar Senen pukul 14.30 wib. Karena kereta api yang kami naiki berangkat pukul 15.15 wib. Namun kami semua terbiasa dengan jam karetnya Indonesia, jam 15.00 baru berkumpul hampir semua. Kenapa hampir semua? Karena saat kereta ingin berangkat Akmal dan Natali belum kunjung datang.
Jam sudah menunjukan pukul 15.05 wib yang artinya kami harus melakukan boarding pass dan harus masuk ke dalam kereta. Berkali-kali kami menghubungi Akmal dan Natali mereka belum kunjung datang. Padahal Suara klakson kereta sudah mulai berbunyi. Saya mendapat kabar kalau mereka terjebak macet dan rasa cemas pun muncul.
Kami yang serombongan sudah masuk ke dalam kereta masih khawatir kalau saja mereka tertinggal. 15.15 wib kereta api Matarmaja jurusan Malang mulai berjalan perlahan, saya pastikan Akmal dan Natali tertinggal dan rombongan kami tersisa 10 orang saja yang tetap berangkat ke Merbabu.
1 menit kereta berjalan gawai saya berbunyi dan saya menerima whats app dari Noval. Dia yang saya kira sudah cancel pasti tidak ikut tiba-tiba menanyakan rombongan berkumpul di mana dan Noval sudah berada di Stasiun Pasar Senen. Sayang sekali dia harus tertinggal kereta dan kami tetap melanjutkan perjalan dengan jumlah 10 orang saja.
Kereta berjalan semakin cepat menuju tempat tujuan untuk mengantar masing-masing penumpang. Tidak beberapa lama saya melihat laki-laki dan perempuan membawa tas cerrier untuk mencari bangku. Dan ternyata mereka Akmal dan Natali, saya dan teman-teman kaget juga lega seketika. Akhirnya mereka datang dan tidak tertinggal.
Baca juga : Liburan ke Shanghai Disneyland, Ini yang Perlu Kamu Tahu
Kami mengira mereka akan tertinggal rupanya tidak, bersyukur karena mereka tidak ketinggalan kereta. Perjalanan yang kami tempuh untuk sampai Stasiun Solo Jebres memakan waktu 9jam 29menit. Di dalam kereta kami bertemu dan berbincang dengan beberapa rombongan sesama pendaki. Ada yang memiliki tujuan yang sama yaitu ke gunung Merbabu dan ada juga yang ingin melakukan pendakian ke gunung Semeru.
Tiba di Stasiun Solo Jebres
Sesampainya di Stasiun Solo Jebres, rombongan kami langsung dijemput oleh mobil elf Pak De Nardi. Oh ya Pak De Nardi ini dikenal oleh banyak pendaki yang ingin mendaki gunung Merbabu maupun Merapi. Karena rumah Pak De Nardi dijadikan tempat istirahat dan menyewakan mobil antar jemput ke base camp yang ingin melakukan pendakian Merbabu atau Merapi.
Perjalanan dari Stasiun Solo Jebres ke rumah Pak De Nardi menempuh waktu sekitar 2 jam perjalanan. Itupun sedikit lebih lama karena kami berhenti sebentar di Indomaret 24 jam untuk mengambil uang di atm dan membeli snack. Memasuki daerah Boyolali kami berhenti lagi di Pasar Cepogo untuk membeli logistik pendakian.
Kira-kira 2jam lebih kami di perjalanan, dan akhirnya sampai rumah Pak De sekitar pukul 03.30 wib akhirnya kami beristirahat dan langsung tidur. Pagi pun datang, setelah selesai packing ulang, bersih-bersih badan, dan juga sarapan. Kami bergegas menuju base camp Selo dengan menaiki mobil bak terbuka.
Hawa sejuk dan pemandangan indah di sepanjang perjalanan menambah semangat pagi hari kami untuk mendaki gunung Merbabu. Hamparan pegunungan terlihat jelas apalagi dengan gagahnya gunung Merapi berdiri tegak di dapan gunung Merbabu. Dan juga ada gunung Lawu yang mengintip malu dari kejauhan.
Baca Juga : Jalan-jalan Ke Yogyakarta Part 1 Jalan-jalan Ke Yogyakarta Part 2
Persiapan Pendakian Merbabu Dari Base Camp ke Pos 1
10 menit menaiki mobil bak kami sampai di gerbang pendakian Merbabu via Selo. Sembari teman-teman menurunkan tas cerrier saya bergegas ke pos pendaftaran simaksi untuk mendaftarkan anggota. Tidak lupa kami sempatkan untuk berfoto di depan gerbang Merbabu sebelum berangkat.
Sebelum melakukan pendakian kami sempatkan untuk berdoa bersama, meminta perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan. Langkah demi langkah kami lalui dari base camp menuju pos 1. vegetasi yang masih rapat dan rimbunya pepohonan serta jalan yang tidak terlalu menanjak membuat kami rileks dan menikmatinya.
1 Jam kami tempuh untuk sampai di pos 1 Merbabu yang bernama Dok Malang, kami mengistirahatkan diri sebentar. Sejenak menikmati Susana rimbun pepohonan. Tidak lama kami sudah mulai beranjak ke pos 2. Hutan masih rapat dan di pertengahan jalan kami bertemu dengan penduduk setempat alias monyet liar Merbabu.
Menuju Pos 2 Gunung Merbabu
Sebuah pemandangan yang menarik melihat sekelompok kawanan monyet liar. Dan tentunya menjadi hiburan tersendiri untuk para pendaki yang melintas. Sesampainya di pos 2 kami kembali beristirahat sekaligus makan siang dan ibadah salat zuhur. Selesai ibadah dan perut serta tenaga terisi, kami kembali melanjutkan perjalanan.
Oh ya, dari pos 1 sampai ke pos 2 kami membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Nah kembali ke pos 2 kami mulai berangkat menuju pos 3, panas terik mulai terasa karena pepohonan mulai sedikit dan tidak selebat antara base camp ke pos 2. Debu-debu tebal mulai menyambut kami dan tak lupa kami memakai masker atau buff untuk melindungi diri dari debu.
Tiba di Pos 3
Karena bulan Juli ini musim panas, banyak debu di sepanjang perjalanan. 30 menit yang kami butuhkan untuk sampai ke pos 3 dengan medan yang mulai menanjak. Dan tentunya membutuhkan tenaga lebih karena tidak selandai base camp – pos 2. Sesampainya di pos 3 kami kembali istirahat dan tak lupa berfoto ria karena lautan awan mulai terlihat jelas serta padang rumput yang melambai-lambai seakan menyambut kami dengan riang.
Setelah puas foto-foto perjalanan kembali dilanjut, kata salah seorang teman kami (Ipul) yang pernah nanjak Merbabu. Perjalanan pos 3 ke pos 4 atau sering disebut Sabana 1 akan lama dan membutuhkan tenaga lebih extra. Betul saja, medan yang mulai curam serta jalan licin karena banyaknya debu dan sangat menguras tenaga.
Ada tali yang disediakan di jalur menuju Sabana 1 ini, karena saking miringnya medan tanjakan. Terkadang pendaki harus merangkak agar tidak terperosok ke bawah. Harus sangat berhati-hati dan penuh konsentrasi agar tidak terjadi apa-apa.
Camp di Sabana 1 Gunung Merbabu
Waktu yang kami tempuh untuk sampai Sabana 1 adalah 1jam 30menit. Sesampainya di Sabana 1 kami langsung bergegas untuk mendirikan tenda, lautan awan dan hamparan bunga eidelweis terlihat jelas dari Sabana 1. Menjadikan obat pelepas rasa pegal, tidak henti-hentinya kami bersyukur karena sampai tempat camp kami tidak menemui kendala dan cuacapun bersahabat.
Setelah mendirikan tenda dan ganti baju, kami bergegas untuk masak dan makan malam bersama. Cuaca cukup dingin karena saat ini adalah musim panas, setelah makan kami semua tidur dan beristirahat karena akan melakukan persiapan summit attack dini hari.
Baca juga : Pendakian Gunung Prau Insiden di Jalur Dieng
Pukul 03.00 dini hari beberapa alarm gawai mulai berbunyi, kami bangun dan bersiap untuk summit. Sebelum itu kami sarapan dengan sayur sup yang dihangatkan, lumayan untuk mengisi tenaga sebelum summit. Sarapan selesai kami mulai mempersiapkan air, cemilan, serta kompor+nesting untuk membuat kopi di puncak.
Persiapan Pendakian Menuju Puncak Merbabu
Jam 03.30 sebelum perjalanan summit dimulai, kami semua mengawali dengan doa agar perjalanan menuju puncak lancar dan tidak ada halangan apapun. Hawa dingin yang menusuk menemani perjalanan kami menuju puncak Merbabu. Sekitar kurang lebih 30 menit berjalan, kami sampai di pos 5 yaitu Sabana 2.
Di Sabana 2 kami tidak beristirahat lama-lama karena hawa dingin membuat kami harus banyak bergerak. Lanjut dari pos 5 atau Sabana 2 jalur semakin menanjak. Tapi karena gelap dan udara dingin membuat kami hanya sesekali berhenti untuk istirahat.
Hiasan lampu kota di bawah serta banyaknya gemintang menemani perjalanan menuju puncak. Apalagi bias-bias cahaya jingga mulai malu-malu mengintip, saat kami sudah mendekati puncak Merbabu. Semakin mendekati puncak hembusan angina pun semakin kencang dan udara semakin dingin.
Tiba di Puncak Tertinggi Gunung Merbabu
Kurang lebih 1jam 30menit kami berjalan dari pos 5 atau Sabana 2 untuk sampai ke puncak. Sekitar jam 5.30 pagi kami sudah sampai di puncak KentengSongo gunung Merbabu. Kami bersyukur dan menikmati pemandangan nan indah dari atas sini. Sudah banyak pendaki yang berkumpul di salah satu sisi puncak.
Dan saat itupun saya membaur dengan mereka untuk melihat matahari terbit secara langsung. Cuaca cukup cerah karenanya kami bisa melihat bias cahaya jingga yang semakin merona. Saat matahari mulai terbit perlahan, semua berteriak histeris kagum dan tak terkecuali saya dan teman-teman.
Rasa syukur kepada Tuhan yang tiada hentinya saya ucapkan melihat momen yang jarang ditemui dalam seumur hidup saya. Puas menikmati sunrise kami berniat untuk membuat air hangat teh/kopi. Namun semua hanya angan belaka karena lupa memasukan nesting ke dalam day pack. Alhasil kami hanya menikmati cemilan tanpa adanya air hangat.
Kembali Menuju Tempat Camp Sabana 1
Puas menikmati puncak Merbabu yakni puncak KentengSongo dan Triangulasi kami bergegas kembali ke tempat camp. Di tempat camp saya dan teman-teman langsung masak untuk sarapan pagi sekaligus makan siang. Cuaca cukup cerah hari ini dan menghangatkan kami yang kedinginan dari malam hingga summit.
Matahari mulai meninggi, artinya kami harus bergegas turun dan kembali pulang ke Jakarta. Alhamdulillah, kami turun ke base camp kurang lebih 3 jam perjalanan. Tidak ada yang menarik saat turun menuju base camp, selain badan yang mulai Lelah dan langkah kaki yang sudah lemah.
Setelah mandi dan packing ulang di rumah Pak De Nardi, kami berangkat menuju Terminal Boyolali. Sebetulnya kami belum ada tiket pulang untuk naik bus, saat di rumah Pak De. Ia menawarkan untuk menghubungi agen-agen bus di Boyolali, tapi sayangnya semua tiket ludes tak tersisa.
Drama Perjalanan Pulang ke Rumah
Akhirnya kami nekat minta diantar ke Terminal Boyolali dengan mobil bak terbuka berharap ada tiket sisa. Namun bukan rezeki kami, semua agen sudah tutup karena kami sampai Terminal pukul 19.00 wib. Kecemasan muncul untuk beberapa anggota yang hari senin masuk kerja.
Apalagi ditambah hampir semua bus pertama yang datang ke Boyolali itu tiba sekitar pukul 13.00 siang. Pupus sudah harapan kami untuk pulang ke rumah tepat waktu, apalagi dengan kondisi tubuh yang Lelah membuat pikiran buntu. Tidak ada ide ataupun usul yang muncul untuk keluar dari situasi.
Namun harapan muncul, orang yang mengantar kami menawarkan mobil elf untuk sampai Jakarta tetapi dengan harga yang sudah dipatok. Kami berdiskusi sebentar untuk mengambil keputusan. Dengan berbagai masukan dan pertimbangan kami mengiyakan tawaran tersebut.
Tetapi kami harus ke Salatiga terlebih dahulu karena elf tersebut tidak ada di Boyolali. Total sekitar 2jam kami menaiki mobil bak terbuka dari Boyolali ke Salatiga, suatu pengalaman yang belum pernah kami rasakan. Dan akhirnya kami bisa pulang ke Jakarta menggunakan elf tersebut dengan membawa banyak cerita.
Demikianlah cerita pendakian kami, setiap perjalanan akan membawa kesan dan cerita tersendiri. Sesungguhnya hakikat dari mendaki gunung adalah kembali pulang ke rumah dengan selamat dan sehat walafiat. Karena masih ada keluarga, teman, dan sahabat yang menantikan kepulangan kita dengan menantikan cerita dari sebuah perjalanan.
Salam Lestari
Wassalam.
Bang Day, sayang banget kalau cerita seru seperti ini banyak typo di sana sini.
Keren ya bangdayu lanscape merbabu, apalagi nanjaknya di musim panas. Sensasi sunrisenya juara banget ya
Keren euy bisa mendaki. Kayaknya banyak cutinya ya 🙂
mantap lah bang day kalo saya bisa nya cuma lewat gunung sahari atau gak gunung Agung wkwkwk, next mo ke gunung mana lagi bang??
Mantaaab cerita nya seru sekaligus pemandangannya bagus
Akhirnya ya day walaupun banyak drama tapi jadi juga. Ceritanya seru, sunrisenya juga keren 🙂
pinter banget sih nyeritainnya, bikin aku selalu penasaran buat nanjak. sayang nya anaknya takut ditinggal.
Wah Merbabu, bikin jadi kangen naik gunung. Keren ya timnya. Memilih jalur Selo yang lumayan panjang, dan tetap kompak meski banyak drama, terutama sebelum pulang ke Jakarta.
Setiap perjalalan pasti ada kisah menarik. Dramanya luar biasa, mulai berangkat dengan kereta sampai pulang. Ah, ceritanya unik. Belum lagi pemandangan Merbabu yang luar biasa.
Aku juga drama banget pas naik gunung.. tapi seru n seneng sih.. hihi
Seru banget pendakiannya bang dayu.. Apalagi pas di puncaknya. Kece parahh
Anak gunung banget ya bang dayu ternyata. Salut. Keren banget sih pasti dari atas sana.
Setuju dengan Bang Dayu. Kalau menikmati sunrise itu moment seumur hidup. Saya jarang sekali ketemu sunrise di gunung karena dingin. Tidak kuat dingin euy. Jadi kangen merbabu. Ke merbabu tujuannya bukan sunrise tapi memasak dan menghabiskan logistik.
mantapp bang, berkesan banget perjalanannya
Paling asik emang dengerin cerita setiap perjalanan, bahkan cerita setiap perjalanan lebih mengaduk emosi ketimbang beberapa film Indonesia. Nice story bang, jadi setelah ini mau nanjak ke KUA mana? Eh ke gunung mana maksudnya hihi
Dilemanya Merbabu itu kalo panas jalurnya berdebu banget, tapi musim hujan jalurnya licin bangettt hahaha. Tapi mau musim hujan atau kemarau, Merbabu tetap cantik. Apalagi sabananyaaaa, bagusss bangeett
Seru bang baca pendakian ke gunung merbabu nya.
Apalagi banyak hal hal yang tak terduga nya.
Kalo boleh tau, biaya simaksi nya dan jasa antar jemput ke rumah pak dhe Nardi berapa ya bang?
Sunrisenya luar biasa euy…
thanks bacanya 🙂
jadi ada gambaran persiapan apa aja yang harus dibutuhin di merbabu..
Keren banget, pengen banget bisa ke sini tapi belum ada kesempatan. Semoga suatu saat bisa ke sini