Gunung Andong dan Pesona Alamnya yang Indah
cerita pendakian gunung andong
Awal tahun 2017 adalah pertama kalinya saya kembali mendaki gunung setelah empat tahun tidak pernah mendaki. Tepatnya bulan Februari saya mendaki gunung Andong bersama komunitas Backpacker Jakarta. Bertajuk valentine di atas gunung, pendakian ini membuat kesan tersendiri untuk saya dan peserta lainya.
Bulan Januari 2017 kalau tidak salah, info trip pendakian gunung Andong disebar di grup official WhatsApp Backpacker Jakarta. Kebetulan saya yang baru bergabung di komunitas ini tertarik untuk mengikuti trip gunung. Oh ya, saya bergabung menjadi anggota BPJ sekitar akhir tahun 2016.
Kala itu saya yang tidak sengaja sedang mencari grup travelling di Facebook dan menemukan komunitas BPJ. Setelah bergabung di grup Facebook saya tertarik juga untuk masuk ke grup WhatsApp. Dan bulan Desember 2016 saya bergabung menjadi anggota BPJ 22. Kembali ke topik, setelah melihat info trip tersebut saya langsung menghubungi cp.
Dan dimasukanlah saya ke grup pendakian dengan jumlah calon peserta sekitar 50 orang. Lambat laun menjelang hari H peserta berkurang hingga menyisakan 27 orang saja yang benar-benar ikut. Segala persiapan sebelum pendakian saya lakukan seperti menjaga kondisi badan dan juga olahraga setiap minggunya. Karena saat itu Jakarta sedang berada dimusim hujan.
Baca juga : Pendakian Gunung Merbabu
Persiapan Menuju Magelang
Hari H pun tiba, satu persatu peserta mulai berdatangan ke tempat meeting point yang berada di Sekretariat BPJ yang berlokasi di Cawang. Dan ini adalah kali pertama saya mengunjungi sekre BPJ yang tempatnya persis di samping RS UKI. Jujur saja saat itu saya tak mengenal siapapun peserta maupun cp yang ikut.
Jam 21.00 wib harusnya kami sudah berangkat menuju Magelang, tetapi sempat tertunda karena menunggu satu orang yang masih di jalan. Pengahambat, itu yang ada di dalam pikiran saya, karena dia kami jadi terlambat berangkat. Dan 30 menit kemudian kami baru berangkat setelah peserta yang ditunggu datang.
Tidak ada yang menarik di sepanjang perjalanan selain tidur dan terbangun lalu mendengarkan musik dari gawai dengan headset. Hal tersebut saya lakukan karena saya belum mengenal siapapun dipendakian ini. Ditambah lagi kami menggunakan bus besar dan banyak yang kebagian duduk sendiri tak terkecuali saya.
Baca juga : Liburan ke Shanghai Disneyland, Ini yang Perlu Kamu Tahu
Sekitar pukul 7 pagi bus kami berhenti di tengah perjalanan, hal tersebut disebabkan karena ban bus bermasalah dan harus diganti. Momen tersebut kami manfaatkan untuk mencari sarapan pagi yang ada disekitar bengkel tempat bus kami berhenti. Setelah kurang lebih satu jam dan bus normal kembali kami meneruskan perjalanan.
Tiba di Base Camp Gunung Andong
Kurang lebih 16 jam lamanya di perjalanan akhirnya kami sampai di depan gerbang menuju base camp Andong. Perjalanan dilanjut dengan mobil pick up menuju base camp, karena bus kami yang besar tidak dapat melanjutkan perjalan ke base camp. Maka harus dilanjut menggunakan mobil pick up.
Kami sampai di base camp sekitar jam 3 sore dan disambut dengan gerimis dan kabut yang turun perlahan dari atas gunung. Hujan semakin lebat di base camp gunung Andong yang bangunanya berupa saung menjadi tempat berteduh kami. Sambil menunggu hujan reda, ada warung makan di samping saung yang menjadi jajahan kami untuk mengisi perut.
Sampai menjelang azan magrib hujan sudah tidak lebat tetapi masih menyisakan gerimis. Udara malam semakin dingin dan kami masih menunggu gerimis reda agar bisa melanjutkan perjalanan. Sambil menunggu gerimis, tim cp melakukan acara tukar kado. Seharusnya acara ini kami lakukan di tempat camp tetapi karena terhalang cuaca akhirnya diadakan di base camp.
Baca juga : Pendakian Gunung Prau Insiden di Jalur Dieng
Malampun semakin larut, tim cp membuat pilihan dengan suara terbanyak apakah tetap melanjutkan perjalanan atau tidak. Karena saat itu jam sudah menunjukan angka 9 dan hawa dingin malam semakin menusuk. Maka suara terbanyak adalah melanjutkan perjalanan dipagi hari saja.
Dengan kondisi tersebut, salah satu orang base camp menawarkan kepada kami rumahnya untuk tempat beristirahat. Dan akhirnya kami beristirahat di rumah orang base camp yang tentunya tumpangan ini adalah gratis. Kami langsung membokar tas cerrier untuk masak makan malam.
Akhirnya kami makan malam di teras rumah si orang base camp tersebut. Jujur saja, waktu itu ego saya masih tinggi dan kesal kenapa perjalanan tidak dilanjut walaupun hari sudah malam. Namun setelah saya mendaki beberapa gunung selanjutnya saya belajar banyak bagaimana kita harus mengesampingkan ego untuk keselamatan pendakian.
Perjalanan Menuju Puncak Andong
Setelah kami makan malam dengan menu yang banyak dan mewah menurut saya, kamipun beristirahat untuk melanjutkan perjalanan nantinya. Pukul 03.00 wib dini hari kami sudah berkumpul di depan base camp Sawit, tetunya semua barang ditinggal karena kami hanya mendaki tektok.
Tektok sendiri adalah istilah para pendaki yang mana kita mendaki gunung tanpa nge-camp alias bolak-balik. Setelah semua berkumpul dan berdoa sebelum perjalanan dimulai. Sekitar pukul 03.30 wib kami memulai perjalanan menuju puncak Andong, gelap dan dingin tentunya menemani perjalanan kami.
Di tengah perjalanan city light mulai terlihat, yang menyegarkan pandangan mata kami yang mulai lelah. Kurang lebih 1,5 jam perjalanan saya sampai di puncak gunung Andong. Sambil menunggu peserta lain saya dan beberapa peserta yang baru saya kenal kami menikmati jajanan di warung yang ada di atas puncak.
Baca juga : Cara Mudah Belajar SEO
Menikmati Puncak Andong
Di puncak gunung ini ada warung seperti halnya di gunung Lawu ada warung Mbo Yem yang terkenal dikalangan pendaki. Karena gunung Andong ketinggianya hanya 1726 Mdpl, gunung ini sangat cocok bagi pemula karena tracking-nya yang lumayan menanjak. Dan tentunya tidak ada jalur landai karena dari base camp kita langsung ke puncak untuk camp di atas gunung Andong.
Cuaca saat di puncak cerah terbukti dengan banyaknya bintang-bintang di langit. Menunggu sunrise di puncak adalah momen mendebarkan untuk saya. Apalagi ditambah pemandangan gunung Merbabu yang ada di depan mata dan juga gunung Merapi yang mengintip di sebelahnya. Hal ini tentunya memanjakan mata kami yang sebelumnya gagal camp di gunung ini karena kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Selanjutnya kami sudah berkumpul dan tidak lupa berfoto ria di puncak. Setelah puas menikmati puncak Andong yang ramai dan matahari sudah meninggi. Kami langsung bergegas kembali turun ke base camp untuk selanjutnya persiapan pulang kembali ke Jakarta.
Satu hal yang saya dapat pembelajaran dari pendakian gunung Andong adalah, untuk mendaki gunung kiranya kita mengesampingkan ego untuk keselamatan pendakian. Kekompakan dan peka dalam setiap kondisi juga harus hati-hati dalam mengambil keputusan adalah salah satu kunci untuk keselamatan tim.
Karena dalam setiap pendakian gunung tidak hanya foto bagus yang kita bawa pulang untuk dipamerkan. Namun juga ada pengalaman serta pelajaran hidup yang bisa kita bawa pulang untuk terapkan dikehidupan.
~Sekian
Mas, untuk trip kesana kira-kira budget yang dibutuhkan berapa ya? Dan meeting point di Jakarta atau magelang kalo mau ikut trip gitu?
Karena dalam setiap pendakian gunung tidak hanya foto bagus yang kita bawa pulang untuk dipamerkan. Namun juga harus bisa berkenalan dengan dedeque GMZ dari warga sekitar.
Kakak, mohon memperhatikan tata cara penulisan agar sesuai dengan PUEBI.
Suka sekali sama kalimat di paragraf-paragraf terakhir.
Jadi berapa gunung lagi yang belum diceritain, Day?
Tulisan yang teramat jujur, Kak Dayu. Tentang ego dan kekesalan sama yang telat… Hehehe. Kalo baca tentang Andong, itu kebayang gunung tempat piknik, cocok banget untuk pendaki pemula. Ternyata faktor cuaca berpengaruh banget yah buat trip gunung.
Pengen banget ke Andong blm kesampean. Pengen juga nyobain ngetrip bareng BPJ. Kayaknya seru
selain terpesona dengan keindahan Sunrise Gunung Andong yang Bang Dayu ceritakan, saya lebih terpesona dengan penuturan di alenia terakhir bahwa …”Karena dalam setiap pendakian gunung tidak hanya foto bagus yang kita bawa pulang untuk dipamerkan. Namun juga ada pengalaman serta pelajaran hidup yang bisa kita bawa pulang untuk terapkan dikehidupan”. Ditunggu tulisan Bang Dayuberikutnya. Pengen denger kata-kata bijak selanjutnya….
Pengen euy ikut trip bpj yang naik naik gunung gini
Aisshhh, seru yaaa. Aku masih ragu-ragu aja kalau mau naik gunung, takut ga kuat, hahahha…
Egomu sekarang sudah tersingkirkan Day? Btw, penulisannya diperhatikan lagi ya.
Gunung Andong tuh sebenernya tinggal ngesot doang kalau dari Jogja.. Sayangnya nggak ada yang ngajak gue kesono.. wkwkwkkw
Beneran bisa buat pemula nih? Di atasnya dingin gak bang? Gak kuat dingin gitu soalnya hahaha
Aku bingung mau berkata apa. Kepingin naik gunung tapi apa daya ku tak pernah. Hmmm
Sebelumnya maaf telat pakai.banget komennya tapi komitmen harus di jalankan. Seru nih perjalanannya ke andong. Sampai akhinya bisa mengesampingkan ego. Sampai saat ini gw masih suka kutipan quote dr berbagai sumber “Dari Gunung kita belajar arti perjuangan , Dari laut kita belajar ketenangan.”
Meskipun udah telat banget. Tapi harus komitment buat komen. Wah pengalamannya bang dayu naik gunung jadi bisa mengsampingkan ego. Alam punya cara yg unik membentuk manusia. Dan saya selalu suka sama kutipan dari beberapa sumber lupa dari mana. Yang bekata seperti ini : “Dari gunung kita belajar berjuang, dari laut kita belajar ketenangan”.