Karawaci Tangerang, 21 Maret 2019 – Saya bersama dengan teman-teman blogger, mengunjungi Institut Kemandirian yang ada di Tangerang. Di sana, kami berkeliling untuk melihat-lihat apa saja kegiatan yang ada di Institut Kemandirian. Sekaligus mendengarkan kisah inspirasitif dari peserta mau pun alumni Institut Kemandirian yang ada di Karawaci ini.
Acara kunjungan ke Institut Kemandirian diadakan oleh Dompet Dhuafa, dengan tema “Jangan Takut Berbagi” sebagai tagline untuk menyambut bulan Ramadan 1440H. Semangat berbagi terhadap mereka yang membutuhkan, menjadi esensi kuat Dompet Dhuafa untuk mengajak masyarakat terlibat dalam berbagai aksi kebaikan terutama kaum milenial.
Kenapa kita harus berbagi? Dengan berbagi kepada mereka yang membutuhkan, tentunya akan meringankan sedikit beban mereka. Nah, untuk kalian para milenial semangat “Jangan Takut Berbagi” menurut saya harus ditumbuhkan. Jika berbagi sudah menjadi tren di kalangan milenial, akan ada banyak orang yang terbantu oleh kebaikan-kebaikan kita walau pun jumlahnya tidak seberapa.
Aksi kebaikan yang Dompet Dhuafa lakukan tidak terlepas dari para donatur yang mengamanahkan kepercayaanya kepada Dompet Dhuafa. Salah satu cerita inspirasi “Jangan Takut Berbagi” datang dari keluarga alm. Prof. Drs. Amir Radjab Batubara dan istrinya. Beliau semasa hidupnya setiap akhir pekan selalu meluangkan waktunya untuk memberikan pengajaran pada anak yatim dan dhuafa di rumahnya.
Ketika berkunjung ke suatu daerah pun, Bapak Amir selalu meminta seseorang untuk mencarikan anak yatim yang bisa dibantu. Sudah tidak terhitung jumlah anak-anak yatim yang Bapak Amir sekolahkan dan diberikan biaya hidup. Bapak Amir ini juga dikenal sebagai sososk guru, dan juga beliau merupakan bapak dari anak-anak dhuafa.
Salah satu murid Bapak Amir yang sudah sukses saat ini adalah Ust. Syahroni Tohib. Pertemuan pertamanya dengan Bapak Amir pada tahun 1988, beliau direkrut dari panti asuhan oleh Bapak Amir. Lalu setahun berikutnya Ust. Syahroni diajak datang ke Institut Kemandirian yang waktu itu namanya adalah Wakayapa untuk belajar keterampilan.
Ust. Syahroni mengambil dua keterampilan minor dan mayor, untuk keterampilan minornya adalah percetakan sablon. Dan untuk keterampilan mayornya adalah otomotif. Ust Syahroni belajar keterampilan selama sembilan bulan. Saat masih belajar di Wakayapa atau sekarang bernama Institut Kemandirian, beliau didoktrin oleh Pak Amir dengan kata-kata “Kami yatim tanpa andalan, tetapi kami usahawan”.
Doktirn yang diberikan oleh Pak Amir tertanam dalam benak Ust. Syahroni, sepulang dari berlatih keterampilan. Ust. Syahroni mendirikan usaha di bidang sablon. Dari usahanya tersebut beliau bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya. Bahkan dari usaha sablon Ust. Syahroni bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Dan saat ini, Ust. Syahroni sudah menjadi dosen di salah satu universitas yang ada di Jakarta.
Beberapa tahun ke belakang, keluarga Pak Amir memiliki lahan dan gedung di daerah Karawaci, Tangerang. Lahan tersebut kemudian diwakafkan melalui Dompet Dhuafa oleh keluarganya. Di sana lah berdiri Institur Kemandirian sebagai wujud cintanya kepada kaum dhuafa, yang didedikasikan dalam bentuk pendidikan keterampilan (vocational training) bagi kaum dhuafa.
Ada berbagai pelatihan keterampilan kerja untuk kaum muda dari kalangan pengangguran dan dhuafa di Institut Kemandirian. Institut ini hadir sebagai solusi bagi remaja-remaja dhuafa yang selama ini belum banyak tersentuh bantuan dan program-program kemanusiaan. Padahal, remaja merupakan salah satu asset berharga untuk membuat perubahan di negeri ini.
Institut Kemandirian Dompet Dhuafa merupakan wujud pengentasan masalah pengangguran dan kemiskinan di bidang kejuruan seperti teknisi otomotif sepeda motor, teknisi telepon seluler, tata busana atau menjahit, salon muslimah, IT desain grafis dan video editing. Selain program-program pelatihan regular.
Institut Kemandirian juga melaksanakan program-program kerjasama dengan pihak mitra. Untuk mewujudkan kemandirian yang diinginkan, inilah semangat berbagi yang dimaknai dan terkandung dalam “Jangan Takut Berbagi”. Bukan kah dengan berbagi kita dapat meringankan beban mereka dan juga dengan berbagi, Tuhan akan membalas dengan cara yang tak terduga.
Dompet Dhuafa mengajak semua kalangan masyarakat di Indonesia untuk menebarkan semangat Jangan Takut Berbagi dan bergandeng tangan wujudkan kemandirian di bulan suci nanti. Kemiskinan yang ada di Indonesia dapat ditekan jika kaum dhuafa dapat diberikan modal dan pelatihan untuk berdaya dan mandiri.
Dari penjelasan dan sedikit cerita inspiratif yang saya tulis, harapan saya teman-teman khususnya kaum milenial menerbakan virus “Jangan Takut Berbagi”. Walau pun kita berbagi hanya sedikit, tentunya hal itu akan sangat membantu mereka kaum dhuafa. Apalagi menjelang bulan suci Ramadan yang sebentar lagi akan dating. Mari kawan kita berbagi dan beramal juga berlomba-lomba dalam hal kebaikan.
~Akhir kata terima kasih wassalam.
2 Comments