Bicara soal kuliner kaki lima seperti Bubur Stasiun Cakung. Kalian Suka makan bubur diaduk? Atau tidak diaduk? Saya sering melihat kata-kata ini di media sosial, entah di Instagram atau Facebook atau pun di media sosial lainya. Terkadang, bubur identik dengan makanan orang di pagi hari. Banyak orang yang sarapan dengan bubur, dan banyak juga para penjual bubur entah yang berkeliling dengan gerobak / sepeda motor / kios-kios di dekat perumahan. Salah satunya kios bubur Stasiun Cakung.
Baca Juga : Bakso Kumis Lapangan Blok S, Salah Satu Bakso Unik.
Baca Juga : Sate Padang Ajo Ramon, Kuliner Legendaris.
Suka Makan Bubu Cara Apa Hayo?
Bicara soal bubur, saya sendiri suka makan bubur diaduk. Karena semua bumbu yang tercampur akan meresap pada makanan yang lembek-lembek ini. Bubur sendiri sering disebut-sebut dalam sebuah pepatah penyesalan yaitu: “Nasi sudah menjadi bubur”. Menurut saya pepatah ini bisa disanggah dengan “walau nasi sudah menjadi bubur, tinggal tambah kecap, daun bawang seledri, juga suwiran ayam, agar dapat dinikmati”.
Makanan yang satu ini pun banyak macamnya, seperti bubur sumsum, bubur manado, bubur kacang hijau, dan bubur-bubur lainnya. Nah, yang kali ini akan saya bahas adalah bubur biasa yang sering dijual-jual di gerobak atau pun kios. Bubur Stasiun Cakung ini sudah ada sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya tempat bubur ini berjualan dengan gerobak dan tenda. Namun saat ini tempatnya sudah berubah menjadi kion, akan tetapi dari sd saya belum pernah mencobanya karena tidak tertarik makan bubur saat sore atau pun malam hari.
Mencoba Makan di Kios Bubur Stasiun Cakung
Saya baru pertama kali mencoba bubur ini beberapa waktu yang lalu, bertempat di sisi pintu keluar Stasiun Cakung samping Masjid Nurul Ikhsan, kios bubur ini mulai buka dari jam 17.00 sampai malam hari, setiap saya lewat tempat ini selalu ramai oleh pengunjung yang datang. Biasanya mereka yang habis pulang dari kantor atau kampus menaiki Commuter line mampir ke kios Bubur Stasiun Cakung.
Baca Juga : Nasi Jamblaang Bu Nur
Baca Juga : Youvit dan Kuliner Lokal Sehat
Baca Juga : Buah Pear dan Berbagai Manfaatnya.
Saat saya pertama kali mencoba Bubur Stasiun Cakung, saya mencobanya saat pulang dari kantor menaiki Commuter line dalam kondisi hujan sepanjang perjalanan. Beruntung, sesampainya di Stasiun Cakung hujan sudah berangsur-angsur reda tetapi, perut sudah meronta-ronta dan akhirnya saya putuskan untuk mampir ke tempat makan ini. Tidak berbeda dengan sajian bubur lainya, satu porsi bubur lengkap disajikan dengan 1 piring sate yang berjumlah 8 buah juga sambal dan kecap asin dan manis yang tersedia di meja.
Harga 1 Porsi Bubur Stasiun Cakung
Ada sate usus, ampela, hati, juga telur, untuk kecap kita bisa memilih sendiri di meja makan yang tersedia. Mau kecap asin atau manis sudah tersedia di tempat meja makan. Untuk harga sendiri, kalian bisa siapkan kocek sebesar Rp15.000. Kalian sudah bisa menikmati 1 porsi bubur ayam ini. Jangan datang terlalu malam, karena selalu ramai pangunjung kios bubur ini biasanya jam 9 malam sudah tutup.
Untuk rasa juga tidak kalah dengan bubur pada umumnya, karena buka mulai sore menjelang malam, kita menyantapnya sebagai makan malam akan terasa nikmat. Apalagi saat musim hujan dan kita butuh makanan hangat, makanan yang satu ini sangat cocok untuk menemani santap malam kalian. Tempatnya mudah dijangkau karena berada di depan Stasiun, bubur ini sangat pas dinikmati saat pulang dari berpergian.
~Terima kasih
Wah saya ngiler liat buburnya pengen coba
Jadi kepengen nyoba
Aduh enakan bubur yang tidak aduklah bang hahaha. Masih bisa nyeruput kuah-kuahnya.